BAB I
STRATEGI PENENTUAN HARGA
A. Pengertian
Harga
Harga, nilai dan faedah (utility)
merupakan konsep-konsep yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut
suatu produk yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk
dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam perekonomian kita sekarang
ini untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu produk kita
menggunakan uang, bukan sistem barter. Jumlah uang yang digunakan didalam
pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari suatu barang.
“Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.”
B. Tujuan
Penetapan Harga
Dalam
strategi penentuan harga, manajer harus menetapkan dulu tujuan penetapannya.
Tujuan ini berasal dari perusahaan itu sendiri yang selalu berusaha menetapkan
harga barang dan jasa setepat mungkin. Banyak perusahaan yang mengadakan
pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya.
Keputusan untuk menetapkan harga sering
melibatkan kepentingan pimpinan (top manager) terutama untuk produk baru.
Penentuan tingkat harga tersebut biasanya dilakukan dengan mengadakan beberapa
perubahan untuk menguji pasarnya, apakah menerima atau menolak ?. Jika pasar
menerima penawaran tersebut maka harga itu sudah sesuai. Tetapi jika mereka menolak
maka harga tersebut perlu diubah secepatnya. Jadi ada kemungkinan keliru
tentang keputusan harga yang diambil oleh manajer.
Sehingga kita perlu meninjau apakah yang
menjadi tujuan bagi penjual dalam menetapkan harga produknya. Tujuan-tujuan
tersebut adalah :
- Meningkatkan penjualan
- Mempertahankan dan memperbaiki market share
- Stabilitas harga
- Mencapai target pengembalian investasi
- Mencapai laba maksimum
C. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Harga
Dalam
kenyataannya, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain :
1.
Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi
tingkat harga yang berlaku dipasaran. Misalnya pada periode Resesi, yang
merupakan suatu periode dimana ada keputusan Pemerintah 15 November 1978 yang
menentukan nilai tukar $ 1,- (satu dolar) Amerika dari Rp. 415,- menjadi Rp.
625,-. Sehingga terjadilah reaksi-reaksi dari kalangan masyarakat bisnis.
Reaksi spontan terhadap keputusan tersebut adalah adanya kenaikan harga-harga
barang, khususnya kenaikan harga barang-barang mewah, barang impor dan
barang-barang yang dibuat dengan bahan atau komponen dari luar negeri.
2.
Penawaran dan Permintaan
Permintaan
adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.
Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang
diminta lebih besar. Hubungan antara harga dengan permintaan dapat digambarkan
dalam bentuk kurve, disebut kurve permintaan.
Penawaran
merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu tingkat harga tertentu. Pada umumnya harga yang lebih tinggi
mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar. Hubungan antara harga dengan
jumlah yang ditawarkan dapat digambarkan dalam bentuk kurve, disebut kurve
penawaran.
Menurut teori
ekonomi, harga akan ditentukan pada suatu
titik pertemuan antara kurve permintaan dan kurve penawaran. Hal ini dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar . Kurve
Permintaan dan Penawaran
Gambar. Penentuan Harga
3.
Elastisitas Permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
penentuan harga adalah sifat permintaan
pasar. Selain mempengaruhi penentuan harga, sifat permintaan pasar ini juga
mempengaruhi volume yang dapat dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan
volume penjualan ini berbanding terbalik, artinya jika terjadi kenaikan harga
maka penjualan akan menurun dan sebaliknya.
·
Inelastis
Jika permintaan itu bersifat inelastis, maka perubahan harga akan
mengakibatkan perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya.
·
Elastis
Apabila permintaan itu bersifat elastis, maka perubahan harga akan
menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih
besar.
·
Unitary Elasticity
Apabila permintaan itu bersifat unitary elasticity, maka perubahan harga akan
menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama. Dengan kata
lain, penurunan harga sebesar 10% akan mengakibatkan naiknya volume penjualan
sebesar 10%.
4.
Persaingan
Harga jual beberapa barang
sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Barang-barang dari hasil
pertanian dijual dalam keadaan persaingan murni (pure competition).
Dalam persaingan ini penjual yang berjumlah banyak aktif menghadapi pembeli
yang berjumlah banyak pula. Sehingga dengan banyaknya jumlah penjual dan
pembeli menyulitkan penjual perorangan untuk menjual dengan harga lebih tinggi.
Macam persaingan yang lain :
·
Persaingan tidak sempurna
Untuk barang-barang yang dihasilkan dari pabrik (barang-barang manufaktur)
dengan merk tertentu kadang-kadang mengalami kesulitan dalam pemasarannya. Hal
ini dapat disebabkan karena harganya lebih tinggi dari barang sejenis dengan
merk lain. Keadaan pasar seperti mi disebut persaingan tidak sempurna (imperfect competition), di mana barang
tersebut telah dibedakan dengan memberikan merk.
·
Oligopoli
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi daripada kalau dalam persaingan sempurna
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi daripada kalau dalam persaingan sempurna
·
Monopo!i
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
- permintaan barang bersangkutan
- harga barang-barang substitusi/pengganti
- peraturan harga dan pemerintah
- harga barang-barang substitusi/pengganti
- peraturan harga dan pemerintah
5. Biaya
Biaya merupakan
dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup
biaya akan mengakibatkan kerugian. sebaliknya, apabila suatu tingkat harga
melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non
operasi, akan rnenghasilkan keuntungan.
6. Tujuan Perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering
dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan
dicapai. Setiap perusahaan tidak selaiu mempunyai tujuan yang sama dengan
perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain :
Laba
maksimum
Volume
penjualan tertentu
Penguasaan
pasar
Kembalinya
modal yang tertanam dalain jangka waktu tertentu.
7. Pengawasan Pemerintah
Pengawasan pemerintah juga
merupakan faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk : penentuan harga maksimum dan minimum,
diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah
usaha-usaha ke arah monopoli.
D. Keputusan Tentang Harga
Ada beberapa keputusan menyangkut
penentuan harga, temasuk harga tertentu yang dibebankan kepada masing-masing
produk atau jasa yang dipasarkan. Tetapi harga itu juga dapat ditentukan oleh
pembeli yang membeli produk atau jasa perusahaan.
Perusahaan juga harus mengambil keputusan
tentang perlu/tidaknya memberikan potongan untuk pembayaran yang lebih awal.
Jika perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk mernberikan potongan tunai, maka
perlu ditentukan kapan seorang pembeli akan menerima potongan tunai dan berapa
besar jumlah potongannya. Dan apakah potongan tersebut diperuntukkan bagi
penyalur juga.
Semua keputusan dan masalah tersebut
sebenarnya cukup sulit ditentukan apalagi bagi perusahaan yang menjual berbagai
macam produk. Hal ini disebabkan karena setiap jenis produk memerlukan
penetapan harga yang berbeda-beda.
Pada masa lampau, keputusan-keputusan
seperti itu cenderung bersifat pasif di mana perusahaan menggunakan praktek
penetapan harga dari pesaing. Sekarang, dalam kondisi persaingan yang semakin
ketat, perusahaan-perusahaan berubah meningkatkan
efisiensi cara produksinya dan
menekan biaya. Semua ini ditujukan untuk menekan harga supaya mendapatkan
posisi yang baik dalam persaingan.
E. Prosedur Penetapan Harga
Jika tujuan penetapan harga sudah
ditentukan, maka manajemen dapat mengalihkan perhatian pada prosedur penentuan
harga barang atau jasa yang ditawarkan. Prosedur penentuan harga yang dipakai
melputi enam tahap, yaitu:
1. Mengestimasikan Permintaan untuk Barang Tersebut
Dalam tahap
pertama ini, penjual membuat estimasi permintaan barangnya secara total. Hal
ini lebih mudah dilakukan terhadap permintaan barang yang ada dibandingkan
dengan permintaan barang baru. Pengestimasian perrnintaan tersebut dapat
dilakukan dengan :
a. Menentukan harga yang diharapkan (expected
price), yaitu harga yang diharapkan
dapat diterima oleh konsumen,
b.
Mengestimasikan volume penjualan pada
berbagai tingkat harga. Hal ini menyangkut
pula pertimbangan tentang masalah elastisitas permintaan suatu barang.
Mengestimasikan volume penjualan pada berbagai tingkat harga yang berbeda
adalah penting juga dalam hubungannya dengan penentuan break-even poin
Tabel . Metode Pengestimasian
Permintaan
Metode
|
Bentuk
|
Tujuan
|
Survey
|
Daftar
pertanyaan(wawancara secara pribadi, telepon, surat)
|
Untuk
menciptakan fakta dan opini dari responden yang berkaitan baik terhadap
proyeksi kuantitas pada berbagai tingkat harga ataupun terhadap keinginan
untuk membeli segera
|
Eksperimen
laboratorium
|
Contoh
wisata untuk berbelanja
|
Untuk
memisahkan dan mengawasi berbagai dorongan pasar yang mempengaruhi
permintaan, dan kemudian mengamati reaksi pembeli terhadap perubahan factor
pendorong tersebut
|
Eksperimen
lapangan
|
Penyimpangan harga yang terkendali ditoko
|
Untuk mengamati reaksi terhadap harga dalam suatu
lingkungan alami
|
Statistik
|
Derivasi
persamaan permintaan dari sejumlah pengamatan
|
Untuk mengestimasikan hubungan harga kuantitas
|
2. Mengetahui Lebih Dulu Reaksi
dalam Persaingan
Kondisi
persaingan sangat mempengaruhi kebijaksanaan penentuan harga bagi perusahaan
atau penjual. Oleh karena itu penjual perlu mengetahui reaksi persaingan yang
terjadi dipasar mengetahui reaksi persaingan yang terjadi di pasar serta
sumber-sumber penyebabnya. Adapun
sumber-sumber persaingan yang ada dapat berasal dari :
-
Barang sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
- Barang pengganti atau substitusi.
- Barang-barang lain yang dibuat oleh
perusahaan lain yang sama-sama menginginkan uang konsumen.
3.
Menentukan Market Share yang Dapat Diharapkan
Perusahaan
yang agresif selalu menginginkan market
share yang lebih besar. Kadang-kadang, perluasan market share harus dilakukan
dengan mengadakan periklanan dan bentuk lain dan persaingan bukan harga. Market
share yang diharapkan rersebut akan dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang
ada, biaya ekspansi, dan mudahnya memasuki persaingan.
4. Memilih Strategi Harga untuk Mencapai Target Pasar
Dalam hal ini penjual dapat memilih di
antara dua macam strategi harga yang dianggap paling ekstrim, yaitu : skim-the-cream-pricing dan penetration pricing
5. Mempertimbangkan Politik Pemasaran Perusahaan
Tahap selanjutnya dalam prosedur penentuan
harga adalah mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan dengan melihat pada
barang, sistem distribusi, dan program promosinya. Perusahaan tidak dapat
menentukan harga suatu barang tanpa mempertimbangkan barang lain yang
dijualnya. Demikian pula dalam saluran distribusinya, harus diperhatikan ada
atau tidaknya penyalur yang juga menerima sebagian dari harga jual.
F. Penentuan Harga Dasar dan Laba yang Diharapkan
Dalam kaitannya dengan prosedur penetapan
harga maka perlulah ditentukan berbagai alternatif harga untuk mengetahui
seberapa besar laba yang bisa diharapkan. Alternatif-alternatif tersebut akan
tergantung pada pemilihan perusahaan dan elastisitas yang ada. Dengan semakin
luas jarak masing-masing alternatif harga dan semakin besar elastisitas
permintaannya, maka semakin banyak pula alternatif harga yang harus dipertimbangkan.
Titik break-even ini sangat
penting karena dapat menunjukkan tingkatan operasi yang menguntungkan. Adanya
peningkatan dalam permintaan atau penurunan dalam biaya total akan memperluas
tingkat operasi yang menguntungkan dan meningkatkan laba.
G. Penetapan
Harga Dasar dalam Kondisi yang Tidak Pasti
Dalam pembahasan tentang penentuan harga
dasar, kita telah melihat bahwa hal ini penting bagi perencanaan pemasaran
untuk mengestimasi volume penjualan pada masing-masing alternatif harga, dan ini
semakin sulit dengan semakin tidak pastinya keadaan.
Sebuah pendekatan untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan menggunakan teori keputusan. Teknik tersebut mengharuskan
manajer pemasaran untuk menentukan tingkatan harga yang layak. Sebuah contoh
tentang penerapan teknik tersebut dapat dilihat berikut ini. Dianggap bahwa
pada setiap tingkatan harga akan menghasilkan tiga tingkatan permintaan, yaitü
:
• Qo = Permintaan yang optimis
• Qm = Permintaan yang paling rnungkin.
• Qp = Permintaan yang pesimis.
• Qm = Permintaan yang paling rnungkin.
• Qp = Permintaan yang pesimis.
Tabel 4.3. memperlihatkan estimasi permintaan Qo , Qm dan Qp untuk enam tingkatan harga. Setiap kolom dalam tabel dianggap sebagai pencerminan kurve permintaan. Kurve-kurve ini dapat dilihat garnbarnya pada gambar 10.4, beserta kurve pendapatan totalnya. Jika dianggap bahwa biaya tetap = Rp 300.000,- dan biaya variabelnya = Rp 33,33 per unit, maka kurve biaya totalnya juga dapat digambarkan.
Tabel . Skedul
tentang Estimasi Permintaan
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada harga P1 (Rp. 85,-), jumlah
6.000 unit akan merupakan permintaan yang pesirnis. HaI ini dapat dikatakan sebagai batas
harga tertinggi karena laba = 0. Demikian pula, pada harga P2 (Rp 60,-), jumlah yang diminta akan
sebanyak 11.000, unit, dan hal ini dapat dikatakan sebagai batas harga terbawah
karena laba yang dihasilkan juga = 0.
Jadi, harga yang mungkin ditetapkan adalah berkisar antara Rp 60,- dengan Rp
85,-
Sesudah menetapkan daerah penetapan harga
yang rnungkin dilakukan, tahap berikutnya adalah menghitung laba untuk masing-masing tingkat harga pada setiap
kondisi permintaan dengan suatu tabel (lihat tabel 4.4). Kita perlu membuat
suatu kriteria dan memilih tingkat harga yang paling baik bagi kriteria
tersebut. Misalnya dianggap bahwa kriterianya adalah maksimisasi laba yang
diharapkan. Dengan membuat suatu timbangan / weight (probabilitas subyektif) untuk setiap estimasi permintaan, maka kita
dapat menghitung laba yang diharapkan pada setiap alternatif harga.
Susunan probabilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Susunan probabilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Qp = 0,2 ; Qm = 0,6 ; Qo = 0,2
Nilai laba yang diharapkan dapat dilihat
pada Kolom terakhir dan tabel 10.4.. Strategi
penetapan harga Rp 80,00
akan menghasilkan laba tertinggi sehingga dapat dipilih sebagai harga dasar
dalam kasus tersebut.
Tabel . Matriks
Laba untuk Beberapa Alternatif Harga (Ribuan Rp)
H. Metode Praktis
Penetapan harga
barang dan jasa yang efisien sering merupakan masalah yang sulit bagi sebuah
perusahaan. Penetapan ini didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan dan
laba, tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai
dengan sifat produknya, pasarnya, dan tujuan perusahaan.Teknik yang sering dipakai dalam penetapan harga adalah :
1. Penetapan Harga Mark-up (Mark up
Pricing)
Mark
up merupakan jumlah rupiah yang
ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual.
Jadi
mark-up tersebut dipakai untuk menutup biaya overhead dan laba bagi perusahaan.
Biasanya mark-up ini ditentukan dengan persentase dari biaya produk atau harga
jualnya. Biasanya para pedagang besar dan pengecer lebih banyak
menentukan mark-up nya berdasarkan harga jual, sedangkan produsen menentukan
mark-up nya berdasarkan biaya.
Harga Jual = Biaya Produk + Mark Up
Harga Jual = Biaya Produk + (% x Biaya
Produk)
Harga
Jual = Biaya
(1 - % Mark up)
Kotler
menyatakan bahwa salah satu alasan menggunakan mark up pricing adalah
karena kurangnya ketidak pastian pada biaya daripada permintaan. Dengan
mendasarkan pada biayanya, penetapan harga ini menjadi lebih sederhana dan
penjual tidak perlu membuat penyesuaian harga terhadap permintaan.
2.
Penetapan
Harga Break Even (Break Even Pricing)
Dalam
Break-Even Pricing dapat diketahui tentang bagaimana satu satuan produk itu
dijual pada harga tertentu untuk mengembalikan dana yang tertanam dalam produk
tersebut.
TBE = titik break eve
BTT = biaya tetap total
BV = biaya variabel
P = penjualan
H = harga jual per unit
BVR = biaya
variabel rata-rata
Untuk meninjau break-even pricing secara
lebih mendalam kita bisa mengadakan analisa
tabuler. Volume break-even diperoleh dari pembagian antara biaya tetap
total dengan marjin yang ada pada setiap tingkat harga.
Kemungkinan masalah yang paling serius
dalam penetapan harga break-even ini adalah masalah kurangnya permintaan.
Penentuan harga yang optimal sangat dipengaruhi oleh hubungan antara harga jual
eceran dengan jumlah produk X yang akan dibeli oleh konsumen. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ini antara lain:
• Faktor saingan
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.
3. Penetapan Harga Rate
of Return (Rate
of Return Pricing)
Kebijaksanaan
penetapan harga untuk mencapai tingkatan pengembalian investasi (rate of return on investment) merupakan
kebijaksanaan yang banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar. Faktor
utama untuk dapat dilaksanakannya prosedur tersebut adalah :
·
Estimasi
permintaan
·
Penggunaan
fasilitas
Tingkat
pengembalian pada Investasi (return on
investment) dapat dicari dengan rumus :
ROI = Laba x
100 %
Investasi
Adapun
masalah-masalah yang dihadapi dalam rate
of return pricing, adalah :
·
Pengestimasian
penjualan yang dipakai untuk menentukan harga meskipun jumlah unit yang terjual
itu sendiri merupakan fungsi harga.
·
Rate of return pricing ini dapat menimbulkan fluktuasi dalam
keuntungan karena jumlah penghasilan yang diterima langsung dipengaruhi oleh
estimasi penjualan.
4.Penetapan Harga Biaya
Variabel (Variabel Cost Pricing)
Penetapan
harga biaya variabel ini didasarkan pada suatu ide bahwa biaya total tidak
selalu harus ditutup untuk menjalankan kegiatan bisnis yang menguntungkan.
Sistem penetapan harga biaya variabel ini dapat dipakai untuk menentukan harga
minimum yang dapat dikuasai.
Penetapan
harga biaya variabel ini sering dijumpai dalam situasi dimana biaya tetap
merupakan bagian yang besar dalam biaya total. Perusahaan angkutan kereta api
dan perusahaan penerbangan adalah dua contoh industri yang memerlukan biaya
tetap tinggi dan sering memakai penetapan harga biaya variable untuk
meningkatkan volumenya. Sebagai contoh, mereka sering memberikan reduksi kepada
anak-anak sekolah atau rombongan tertentu.
5.
Penetapan
Harga Beban Puncak (Peak Load Pricing)
Peak-load
pricing ini dapat dipakai bila jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan sangat terbatas, dan permintaan pembeli cenderung berubah di
kemudian hari. Sebagai contoh perusahaan telepon telah menggunakan kapasitas
untuk melayani 97 % langganannya selama periode ramai meskipun pada akhir pecan
dan malam hari sering menganggur.
Dengan
peak load pricing ini, perusahaan
dapat menaikkan tarif diatas biaya rata-rata selama periode permintaan tinggi
dan mengurangkan pada biaya variabelnya diluar periode ramai. Tarif rendah yang
dikenakan pada jam-jam /hari-hari tidak ramai kemungkinan dapat meningkatkan
pendapatan dengan menarik langganan yang jarang menggunakan telepon.
Perusahaan telepon sering menggunakan
peak load pricing dalam penentuan tariff untuk hubungan langsung jarak jauh
Contoh
lain dari penggunaan teknik ini adalah pada pertunjukan bioskop dimana tariff
yang lebih rendah dikenakan pada jam-jam siang hari (permintaan relatif
sedikit). Jadi peak load pricing
memiliki keuntungan, antara lain :
·
Menekan
permintaan pada periode ramai
·
Meningkatkan permintaan pada periode tidak ramai
·
Meningkatkan
efisiensi penggunaan fasilitas yang ada.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk
dan pelayanannya.”
Tujuan-tujuan
penetapan harga adalah :
- Meningkatkan penjualan
- Mempertahankan dan memperbaiki market share
- Stabilitas harga
- Mencapai target pengembalian investasi
- Mencapai laba maksimum
B.
SARAN
Penetapan
harga harus dilakukan dengan adanya riset pasar sehingga produsen dapat
menentukan harga secara optimal yang akan menghasilkan laba yang optimal juga
.Selain itu produsen juga harus melihat pesaing agar dapat tempat dalam pangsa
pasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Philip Kotler, (1997). Manajemen Pemasaran : penentuan
harga. Edisi Revisi. Edisi bahasa Indonesia. Prentice Hall
Assauri sofjan, SE,MBA. (1997). Manajemen Pemasaran : penentuan
harga adisi ke 7. Edisi. Jakarta : Rajawali.
Boyd w, c orville, walker, claude larreche jean (2002)
manajemen pemasaran. Jakarta: erlangga
trimakasi untuk bantuan nya
BalasHapusArtikel Baguss....
BalasHapusPenetapan harga adalah salah satu dari sekian banyak penentu keberhasilan produk di dalam pasar. Oleh karena itu perlu kajian yang seksama berkenaan dengan strategi penetapan harga
Sekedar ingin berbagi, barangkali bisa sedikit menambah referensi mengenai Strategi Penetapan Harga.
Klik --> Makalah Pricing Strategi Teh Botol Sosro.